• MI SHODAQOH ISLAMIC CENTER ALHUDA
  • Akhlak Mulia

Rahasia Bacaan Tahiyat: Mi‘raj Ruhani Seorang Hamba

Rahasia Bacaan Tahiyat: Mi‘raj Ruhani Seorang Hamba

Shalat adalah mi‘raj ruhani, perjalanan sunyi seorang hamba menuju hadirat Allah. Ia bukan sekadar rangkaian gerak, tetapi pendakian batin yang menembus lapisan ego hingga hati terasa lapang dalam kehadiran-Nya. Tidak heran perintah shalat diberikan langsung pada malam Isra’ Mi‘raj—malam yang tak tersentuh batas logika manusia.

Dan bukan kebetulan pula, bacaan tahiyat yang kita ucapkan hari ini adalah percakapan sakral antara Allah dan Nabi Muhammad pada malam itu.

Jika kita ingin shalat benar-benar terangkat menuju Sidratul Muntaha, kuncinya ada pada penghayatan tahiyat, sebab ia bukan sekadar bacaan, tapi dialog abadi yang diwariskan dari langit.

Bacaan Warisan Mi‘raj

‎اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ،
‎اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ،
‎اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَىٰ عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ.

Bacaan ini mengalir dalam tiga lapis percakapan suci:

1. Ucapan Nabi kepada Allah

Di Sidratul Muntaha, Nabi berkata penuh takzim:
At-tahiyyātu al-mubārakātush shalawātuth thayyibāt lillāh –
Segala penghormatan, keberkahan, ibadah, dan kebaikan hanyalah milik-Mu, wahai Allah.

2. Jawaban Allah kepada Nabi

Allah membalas:
As-salāmu ‘alaika ayyuhan-Nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh –
Keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Ku tercurah atasmu, wahai Nabi.

Perhatikan, saat kita duduk tahiyat, kita mengucapkan salam kepada Nabi langsung dengan kata “engkau” (ka), bukan “alayhi” (kepadanya). Ini artinya kita tidak hanya mengingat Nabi sebagai sosok sejarah, tetapi merasakan kehadirannya hidup dalam shalat kita.

Di situlah letak keindahan shalat—meski jarak kita jauh, malaikat menyampaikan salam itu langsung kepada beliau. Dan beliau benar-benar menjawabnya, sebagaimana sabdanya:
“Tidaklah seseorang mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah mengembalikan ruhku kepadaku hingga aku menjawab salamnya.” (HR. Abu Dawud, Ahmad)

Tidakkah hati kita bergetar? Setiap kali duduk tahiyat, kita seakan berhadapan langsung dengan Rasulullah, menyapanya, dan beliau menjawab sapaan itu.

3. Nabi meluaskan salam itu

Nabi lalu berkata: As-salāmu ‘alainā wa ‘alā ‘ibādillāhis-sālihīn –
Keselamatan tercurah atas kami, dan atas seluruh hamba Allah yang saleh.
Siapa “kami”? Siapa “hamba-hamba saleh” itu?

• As-salāmu ‘alainā – keselamatan atas kami: mencakup kita sendiri, dan semua orang beriman yang sedang shalat di seluruh penjuru bumi, sepanjang zaman. Ini salam yang umum untuk umat Islam

• Wa ‘alā ‘ibādillāhis-sālihīn – keselamatan atas para hamba Allah yang saleh: mencakup para malaikat, para nabi, para wali, dan semua makhluk yang taat kepada-Nya. Ini salam khusus.

Bayangkan, hanya dengan duduk tahiyat, salammu bergetar menjangkau seluruh jagat, dijawab para malaikat, para nabi, para wali, para hamba saleh yang tak terhitung jumlahnya.

Tahiyat: Koneksi Ruhani yang Menyatukan

Tahiyat bukan hanya percakapan. Ia adalah jaringan ruhani yang meluas ke tiga arah:

• Vertikal – engkau naik menghadap Allah dengan pengagungan dan ketundukan.
• Historis-ruhani – engkau menyapa Rasulullah, yang menjawab salammu.
• Horizontal-semesta – engkau berbagi salam dengan para hamba saleh di langit dan bumi.

Dan saat engkau mengakhiri shalat, engkau mengucapkan salam ke kanan dan kiri. Itu bukan sekadar ritual formal. Itu adalah penebaran kedamaian kepada malaikat di sisimu, saudaramu di sebelahmu, bahkan makhluk yang tak kasat mata di sekitar.

Shalat ditutup dengan gelombang salam—dari Allah kepada Nabi, dari Nabi kepada umatnya, dari kita kepada para hamba saleh, lalu ke seluruh semesta.

Mi‘raj yang Menyatukan Langit dan Bumi

Kini kita mengerti, shalat bukan sekadar kewajiban. Ia adalah mi‘raj yang menyatukan langit dan bumi, masa lalu dan masa depan, dirimu dan seluruh semesta.

ASM aswaja (tiktok)

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Adab Di Atas Ilmu

  Anakku….  Sebelum kau mengejar ranking  Sebelum kau bermimpi keliling dunia  Sebelum kau bangga dengan gelar dan ijazahmu  Belajarlah untuk menund

05/08/2025 15:30 - Oleh roffal - Dilihat 39 kali
Ketika ilmu tak lagi bernyawa

Ketika ilmu tak lagi bernyawa,   pendidikan kehilangan tujuannya   Ilmu  seharusnya hidup berdenyut dalam lagu bergetar dalam akhlak,  dan menyala dalam hati.&nb

15/01/2023 21:23 - Oleh Administrator - Dilihat 30 kali